Chrome Pointer
Selamat Datang dan Terima Kasih Telah Berkunjung di Blog ini

Thursday 16 June 2016

Nama, Pengertian Tasawuf, Sejarah Timbulnya Tasawuf Dan Perkembangannya

A.      Nama Dan Pengertian Tasawuf
Tasawuf   adalah salah satu cabang ilmu islam yang menekankan dimensi atau aspek spiritual dari islam. Spiritualis ini dapat mengambil bentuk yang beraneka di dalamnya. Dalam kaitannya dengan manusia, Tasawuf lebih menekankan aspek rohaninya ketimbang aspek jasmaninya, dalam kaitannya dalam kehidupan ia lebih menekankan kehidupan akhirat ketimbang kehidupan dunia yang fan, sedangkan kaitannya dalam pehaman keagamaan, ia lebih menekankan aspek esoterik ketimbang eksoterik, lebih menekankan penafsiran batini  ketimbang penfasiran lahiriyah. [1]
Al- Tasawuf atau sufisme adalah suatu cabang keilmuan dalam islam, atau secara keilmuan merupakan hasil peradaban islam yang lahir kenmudian setelah rasulullah wafat. Annemarie schimmel menjelaskanubahwa istilah Tasawuf baru terdengar pada pertengahan abad ke-2 hijriah dan menurutu nicholson dalam bukunya the mystics of  islam,  pada pertengahan abad ke 3 hijriah.
Secara etimologis kata ini berasal dari bahasa arab, tasawwafa. Namun para ulama berbeda pendapat tentang asal usulnya  (akar katanya ) tapi ada yang mengatakan dari kata “suf(bulu domba)”, “saf(barisan)”, “safy/saffa(jernih)” dan dari kata suffah (salah satu sudut masjid nabawi yang di tempati oleh sebgian sahabat nabi yang ikut berhijrah ke madinah). Pemikiran masing masing pihak itu di latar belakangi oleh obsesinya dan fenomena yang ada pada diri suffi.[2] Dan aja juga yang mengattakan Tasawuf berasal dari kata shaufanna yaitu sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu yang banyak tumbuh di padang pasir tanah arab.
Oleh karna itu untuk memudahka menemukan pengertian tentang Tasawuf, kiranya cara yang dapat di tempuh oleh ibrahim basyuni di pandang lebih mudah di pahami. Ibrahimm basyuni terlebih dahulu mengkategorikan definisi- definisi Tasawuf yang banyak itu berdasarkan 3 sudut pandang yaitu :
1.         Pendefenisian Tasawuf Dari Sudut Bidayah
Pendefenisian dari sudut bidayah maksudnya adalah perasaan manusia dengan fitrahnya bahwa tidak semua yang ada ini dapat menguasai dirinya. Di balik semua ini ada hakikat agung yang memelihara rohnyya, menenagkan jiwanya sehingga berusaha dengan sungguh – sungguh mendekati zat yang agung itu, menyerupai dan berhadapan dengannya.

2.      Pendefinisian dari segi jahidah (kesungguhan)
Definisi Tasawuf dari sudut kesungguhan ini telah di mulai dengan pendekatan amaliyah yaitu dengan merendahkan diri dan pengamalan agama dan pengenalan semua fahilah – fadhilahnya. Diantara definisi Tasawuf dari sudut jahidah in diantaranya sebagai berikut :
a.    Abu Muhammad Al- Jari mengatakan : Tasawuf adalah memasuki semua akhlak sunni dan keluar dari semua akhlak yang rendah.
b.    Al – Kanany mengatakan : Tasawuf adalah akhlak, maka apabila bertambah atas mu akhlak, maka bertambahlah atasmu kesucian.
c.    Al- nurry mengatakan : Tasawuf itu bukanlah lukisan atau ilmu, akan tetapi dia adalah akhlak.
d.   Sahl bin Abdullah mengatakan : Tasawuf adalah sedikit makan dan tekut menghadap allah dan lari dari manusia.

3.      Pendefenisian dari segi yang dirasakan
Bahwa Tasawuf adalah kesadaran fitrah yang dapat mengerahkan jiwa kepada kegiatan – kegiatan tertentu untuk mendapatkan suatu perasaan berhubungan dengan wujud tuhan yang mutlak.

Dari uraian – uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa Tasawuf adalah kehidupan kerohanian yang berusaha mendekatkan diri kepada tuhan dengan berbagai cara . [3]




B.       Sejarah Timbulnya Tasawuf Dan Perkembangannya
Diskusi dan pembicaraan tentang darimana asalTasawuf dalam dunia islamsudahberlangsung sejaklama, dan banyak pendapat yang bermunculan. Ada yang mengatakan bahwa Tasawuf dalam dunia islam adalah barang baru yang di impor dari luar islam, ada pula mengatakan bahwa Tasawuf itu adalah semata – mata bersumber dari islam itu sendiri .
Pendapat pertama mungkin berdasarkan pada fakta sejarah bahwa sebelum agama islam ada , praktek hidup kerohanian ala Tasawuf sudah ada dan berkembang pada penganut – penganut agama terdahulu, layaknya nasrani,hidu dan lainsebagainya. Sedangkan pendapat kedua di dasarkan pada kenyataan bahwa dalam ajaran islam itu sendiri terdapat ajaran – ajaran Tasawuf.
Memang Tasawuf dalam islam telah ada bersamaan dengan datangnya agama islam itu sendiri. Hal ini dapat di lihat dari :
1.         Cara hidup nabi Muhammad sendiri sebagai pembawa ajaan islam, senantiasa mempraktekan hidup zuhud yang mana zuhud adalah suatu ajaran/amalan terpenting dalam Tasawuf.
2.         Bahwa dalam Al-quran sendiri banyak ayat – ayat yang secara langsung maupun yang tidak langsung menyuruh manusia berTasawuf. Ayat – ayat Al-qur’an tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a.    Surah Al- hadid ayat 20
﴿ اَ ءْلَمُوْاْ أَ نَّمَااآلْحَيَوةُ آلدُّ نْيَا لَعِبٌ وَلَهُمْ وَزِيْنَةٌ ﴾
Artinya : Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan dan perhiasan.
Ajaran Al-qur’an inilah yang di amalkan oleh rasul sehingga beliau menjadi seorang zuhud(zahid), hidup sederhana dengan pakaian yang di tambal – tambal, ucapannya sedikit, shalat di waktu malamhari dalam waktu yang panjang dan tidak makan kecuali di perolehnya. Prilaku zuhud ini di tiru dan dan di lanjutkan oleholeh para sahabat dalam bentuk yang lebih bervariasai. Demikian seterusnya pada masa tabi’in – tabi’in hidup zuhud rasul ini lebih di kembangkan secara bervariasi, bahkan di modifikasi bentuk model baru dan menjadilah Tasawuf dan pelakunya disebut mutashowwifun.



Sebagaimana perkembangan Tasawuf pada periode madinah, yaitu perkembangan Tasawuf pada era rasulullah dan para sahabat-sahabatnya .
a.    Abu Bakar Ash-Shiddiq
Diceritakan bahwa abu bakar hanya memiliki sehelai pakaian. Ia berkata, “jika seorang hamba begitu di pesonakan oleh hiasan dunia, Allah SWT. Membencinya sampai meninggalkan perhiasan itu .“ oleh karena itu, abu bakar meilih takwa ssebagai “pakaiannya”. Ia menghiasi diriya dengan sifat-sifat rendah hati,santun,sabar,dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan ibadah dan zikir.
b.    Umar bin khattab
Suatu ketika, umar mendapatkan seorang ibu yang berpura-pura memasak makanan agar menghentikan tangisan dari anaknya yang kelaparan, dan ketika terjadi tanya jawab di antara keduanya ternyata ibu tadi tidak memiliki apapun, jangankan gandum, untuk secuil roti saja ia tidak sanggup,  mendengar jawaban terakhir dari ibu tadi, umar langsung pergi ke baitul mal mengambil gandum dengan  memanggulnya sendiri kemudian menyerahkannya ke pada ibu miskin tadi.
Umar juga sangat takut mengambil harta kaum muslimin tanpa alasan yang kuat. Ia berpakaian sederhana, bahkan tak pantas di pakai untuk pembesar seperti dia. Umar meneladani sikap rasulullah SAWW. Dalam seluruh hidupnya , prinsip hidup sederhana ini juga di terapkan umar di lingkungan keluarganya. Istri dan anaknya dilarang menerima pemberian dalam bentuk apapun dari pembesar ataupun rakyatnya.
c.    Utsman bin Affan
Sebelum masuk islam , usman di kenal dengan pedagang besar dan terpandang, kekayaannya berlimpah ruah . setelah masuk islam, dengan penuh kerelaannya , ia menyerahkan sebagian besar hartanya untuk perjuangan islam dan membela orang-orang miskin yang teraniaya.
d.   Ali bin Abi Thalib
Di riwayatkan oleh seorang sahabat “ mengapa khalifah senang memakai baju itu, padahal sudah robek-robek ?” ali menjawab, “aku senang memakainya agar menjadi teladan bagi orang banyak sehingga mereka mengerti bahwa hidup sederhana merupakan sikap mulia.” Dan bahkan terlihat tidak ada bedanya ketika ali belum dan sudah di angkat menjadi khalifah .



e.    Salman Alfarisi
Di kalangan ahli Tasawuf salman alfarisi di kenal sebagai seorang sahabat yang suka hidup keras (menderita) dan zuhud, bahkan di katakan termasuk ahl- as-suffah (penganut Tasawuf) dan pendiri Tasawuf yang di karuniai ilmu laduni (ilmu yang di anugrhakan oleh Allah SWT. Kepada orang tertentu secara langsung). Si katakan ketika turun ayat
وَاِنْ زَحَنّمَ لَمَوْ عِدُ هُمْ اَجْمَحِيْنَ
Artinya :
Dan sungguh, jahannam itu benar- benar (tempat ) yang telah di janjikan untuk mereka (pengikut syetan) semuanya.
Salman berteriak sambil meletakkan tangannya di kepala, seraya lari keluar selama tiga hari. Kejadian ini di tafsirkan  oleh ahli Tasawuf sebagai keadaan sedang mabuk dan fana’ (tak sadar karena khusyuk), sehingga tidak mendengar apapun dan hannya melihat diri tuhan.
f.       Abu Dzar Al-Ghifary
ia adalah seorang sufi yang selalu mengamalkan ajaran zuhud yang telah di rintis oleh abu bakar dan umar. Ia lebih senang memilih cara hidup miskin dan tidak pernah merasa menderita apabila di cobaan-cobaan. Bahkan ia sangat senang menerima berbagai macam cobaan dari Allah SWT. Karna ia menganggap  bahwa cobaan itu merupakan perhatian Allah terhadapnya. Oleh karena itu, setiap kali merasa di coba oleh Allah, ia mengucapkan kalimat syukur dan tahmid.
g.      Ammar bin Yasir
Ia adalah seorang sufi yang sangat setia kepada khalifah Ali Bin Abi Thalib, sehnga terlihat ajaran Tasawufnya sama dengan ajaran Tasawuf yang telah di amalkan oleh ali sebelumnya. Ia pun termasuk salah seorang ahls suffah yang pernah menyatakan bahwa harta benda itu merupakan kebanggaan bagi pemuka-pemuka masyarakat mekkah yang telah di berantas oleh islam. Menurutnya seorang hamba yang menginginkan kemuliaan dari Allah SWT., harus menghiasi dirinya dengan amalan zuhud, dan menjauhkan dirinya dari kemewahan harta benda. Ini berarti tidak mengulangi sikap dan kebiasaan prilaku orang – orang mekkah yang telah di berantas oleh ajaran islam.



h.      Hudaifah bin Al-Yaman
Ia juga salah seorang sufi yang setia kepada Ali Bin Abi Thalib, sebagaimana halnya ammar bin yasir. Ia tergolong pula sebagai alim yang bijaksana sehingga banyak yang datang belajar Tasawuf padanya.
i.        Sa’id ibn Al-Musayyah
Menurut ibnu khalikan , ia adalah tokoh tabiin kelas pertama
j.        Salim bin Abdullah
Ia hidup sezaman dengan Sa’id, mengenai ke sederhanaanya , ia bercerita “ suatu hari aku menemui Al- Walid bin abdul malik , walid bertanya, sehat benar tubuhmu. Apa yang engkau makan? Aku menjawab , kue dan minyak, walid bertanya lagi, kau makan dengan penuh selera ? dan kemudian aku menjawab lagi, kue itu aku biarkan sampai aku berselera memakannya, kalau aku telah selera, barulah aku memakan kue itu .
Selain perkembangan Tasawuf pada era madinah , ada juga era basrah . louis massignon mengemukakan bahwa pada abad kesatu dan kedua hijriah terdapat dua aliran asketisme islam yang menonjol , yaitu basrah dan kuffah. Di antara tokoh sufi yang menonjol dari aliran basrah yaitu :
a.    Al-Hasan Al-Bashry
Dasar pemikiran basi adalah zuhud terhadap dunia, menolak segala kemewahannya, hanya menuju kepada Allah SWT., tawakal,khauf dan raja’ janganlah semata-mata takut kepada Allah SWT. tetapi ikutilah ketakutan dengan pengharapan. Takut akan murka-Nya, tetapi mengharap rahmat-Nya . kemudian, kita harus meninggalkan kenikmatan dunia karena hal itu merupakan hijab(penghalang) dari keridaan allah.
Aliran kuffah bercorakidealistis , menyukai hal-hal aneh dalam nahwu, imajinasi dalam puisi, dan harfiah dalam hadis. Mereka cenderung pada aliran syi’ah dan murji’ah. itu terjadi karena syi’ah adalah aliran kalam yang pertama kali muncul di kuffah.
Aliran mesir . pada abad pertama hijriah, ulama-ulama Tasawuf hanya berada di beberapa kota yang tidak jauh dari kota madinah ,  namun pada abad ke dua , barlah Tasawuf mulai menyebar ke berbagai negri di wilayah kekuasaan islam.
Secara umum , Tasawuf pada abad pertama dan kedua hijriah memiliki karakteristik berikut.
1.    Berdasarkan ide menjauhi hal-hal duniawi dei meraih pahala dan memlihara dri dari azab neraka. Ide ini berakar dari ajaran-ajaran alquran dan assunah dan sebagai dampak berbagai kondisi sosiopolitik yang berkembang  dalam masyarakat islam ketika itu.
2.    Bercorak praktis. Para tokohnya tidak menaruh perhatian untuk menyusun teoritis atas Tasawuf. Sementara sarana-sarana praktisnya adalah hidup dalam ketenangan dan keserhanaan sacara penuh, sedikit makan ataupun minum, banyak beribadah da mengingat Allah SWT, berlebihan dalam merasa berdosa, tunduk mutlak kepada Allah SWT., dan berserah diri kepada-Nya. Dengan demikian. Tasawuf pada saat itu mengarah pada tujuan moral.
3.    Motivasi Tasawufnya adalah rasa takut, yaitu rasa takut yang muncul dari landasan ke agamaan secara sungguh-sungguh. Sementara , pada akhir abad kedua hijriah di tangan rabiah al-adawiyah, muncul motivasi cinta kepada allah SWT.
4.    Di tandai dengan jedalaman membuat analisis khususnya du khurasan yang di pandang sebagai pendahuluan Tasawuf secara teoritis.
Perkembangan Tasawuf pada abad ke tiga dan ke empat hijriah , pada abad ketiga hijriah, terlihat jelas adanya peralihan konkret pada asketisme islam, lebih menyusun konsep-konsep teoritis dari semua konsep yang belum di kenal sebelumnya , seperti moral,jiwa,tingkah laku, maqam.
Menurut at- taftazani, terdapat dua aliran Tasawuf  pada abat ke tiga dan ke empat hijriah ini . pertama aliran para sufi yang pendapat-pendapatnya moderat (Tasawuf sunni). Tasawufnya selalu merujuk pada alquran dan sunah, artinya Tasawuf ini selalu bertimbangkan syariah. Kedua aliran para sufi yang terpesona oleh keadaan-keadaan fana’(Tasawuf semi filosofis) mereka sering mengucapkan kata-kata ganjil yang terkenal dengan sebutan syathahat. Sedikitnya Tasawuf mereka bertandakan beberapa kecendrungan metafisis.
Sistem pengajaran Tasawuf sering di sebut tarekat. Di beri nama dengan dinisbatkan kepada nama penciptanya(gurunya) atau sering pula di nisbatkan pada lahirnya  kegiatan taekat itu .
Ciri lain  yang tedapat pada abad ini adalah semakin kuatnya  unsur filsafat yang memperngaruhi corak Tasawuf , karna banyaknya buku falsafat yang tersebar luas di kalangan umat islam dari hasil terjemahan orang-orang muslim sejak permulaan daulah abbasiyah. Pada abad ini pula, mulai dijelaskannya perbedaan ilmu zahir dan ilmu batin, yang dapat di bagi oleh ahli Tasawuf menjadi empat macam. Yaitu :
a.    Ilmu syariah;
b.    Ilmu tariqah;
c.    Ilmu haqiqah;
d.   Ilmu ma’rifah.
Imam Al-Ghazali pernah menggunakan teori falsafat dalam mencari kebenaran agama, tetapi ia merasa bahwa teori tersebut tidak dapat menjamin kebenaran yang di harapkannya. Dari situlah, ia mengalihkan perhatiannnya pada ilmu Tasawuf. Ternyata, ilm tersebut menarik perhatiannya karena di akuinya bahwa ilmu tersebut bukan semata-mata produk akal, tetapi hati (perasaan) turut membentuknya. Meskipun demikian, ia masih tetap mengakuinya bahwa adajuga kesalahan yang telah di perbuat oleh ulama sufi, terutama yang menganut ajaran Tasawuf yang bercorak falsafi. Akan tetapi, kesalahan itu dapat di perbaikinya asalkan perkara ilmu dan amal(teori dan praktek) tetap selalu di padukan, tidak di pisah-pisahkan.
Perkembangan Tasawuf pada abadke ke tujuh hijriah, pada abad ini, terjadi penurunan gairah masyarakat islam untuk mempelajari Tasawuf karena beberapa faktor, antara lain :
1.    Semakin gencarnya serangan ulama syariat memerangi ahli Tasawuf, yang di iringi dengan serangan golongan syi’ah yang menekuni ilmu kalam dan ilmu fiqih;
2.    Adanya tekat penguasa (pemerintah) pada masa itu untuk meleyapkan ajaran Tasawuf di dunia islam karena menganggap bahwa kegiatan itulah yang menjadi sumber perpecahan umat islam. 
Perlu di ketahui bahwa ahli Tasawuf bergrak dalam kegiatan yang di rahasiakan, hal itu sangat di khawatirkan oleh pemerintah. Untuk menjamin ke amaan dan ketertiban masyarakat, pemerintah harus menerima usul-usul yang di ajukan oleh qadi yang membantu pemerintah menjalankan kewenangannya. Akibatnya, banyak ahli Tasawuf yang lari meninggalkan negerinya dan murid-murid nya , untuk mencari tempat perlindungan di negeri lain. Akan tetapi, banya juga yang sempat tertangkap, lalu menjalai hukuman, sehingga boleh di katakan bahwa negeri arab dan persia ketika itu, sunyi dari kegiatan ahli Tasawuf.
Ddalam beberapa abad ini , ajaran Tasawuf mulai memudar di dunia islam. Nasibnya lebih buruk lagi dari pada keadaannya pada abad ke enam, ketujuh, kedelapan hijriah. Banyak di antara peneliti muslimm yang menarik kesimpulan bahwa dua fakktor yang sangat menonjol dan menyebabkan runtuhnya pengaruh ajaran Tasawuf di dunia islam.
1.         Ahli Tasawuf sudah kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat islam sebab banyak di antara mereka yang terlalu menyimpang dari ajaran islam yang sebenarnya, misalnya tidak lagi menjalankan shalat karena mereka sudah mencapai tingkat ma’rifat ;
2.         Penjajah bangsa eropa yang beragama nasrani sudah menguasai seluruh negeri islam . tentu saja, paham-paham sekularisme dan materialisme, selalu di bawa dan di gunakan untuk menghancurkan ajaran Tasawuf yang sangat bertentangan dengan pahamnya.
Meskipun nasib ajaran Tasawuf sangat menyedihkan dalam beberapa abad di atas, bukan berarti Tasawuf hilang dari peredaran kependidikan di telan masa. Ini terlihat asih adanya ahli Tasawuf yang memunculkan alirannya. [4]
Akan tetapi  perkembangan zuhud rasul menjadi bentuk Tasawuf , menurut sebahagian peneliti  tidak terlepas dari pengaruh unsur- unsur berupa ajaran agama lain seperti :
1.    Pengaruh kristen dengan paham menjauhi dunia dan hidup mengasingkan diri dalam biara – biara . dalam literatur  arab terdapat tulisan – tulisan tentang rahib – rahib yang mengasingkan diri dari padang pasir arabia.
2.    Falsafat mistik pytagoras yang berpendapat bahwa roh manusia bersifat kekal dan berada di dunia sebagai orang asing. Badan jasmani merupakan panjara bagi roh. Kesenangan roh yang sebenarnya ialah di alam  samawi. Untuk memperoleh hidup senang di alam samawi,manusia harus membersihkan roh dengan meninggalkan hidup materi atau menempuh hidup zuhud, untuk selanjutkan berkontemplasi.
3.    Falsafat emanasi plotinus yang mengatakan bahwa wujud ini memancar dari zat tuhan yang maha kuasa. Roh berasal dari tuhan dan akan kembali kepada tuhan. Tetapi dengan masuknya ke alam materi , roh menjadi kotor, sehingga untuk dapat kembali ke tempat asalnya, roh harus terlebih dahulu di bersihkan. Cara mensucikan roh adalah dengan meninggalkan dunia dan mendekati tuhan sedekat munngkin, atau bersatu dengan tuhan itu.
4.    Ajaran budha dengan paham nirwananya. Seperti diajarkan dalam agama budha bahwa seseorang  yang ingin mencapai nirwana, maka orang tersebut harus meninggalkan dunia dan memaski hidup kontemplaasi.
Dari semua uraian di atas dapatlah di simpulkan bahwa sebenarnya Tasawuf islam sebenarnya dalah bersumber dari ajaran  islam itu sendiri sekalipun ajaran serupa di anut oleh agama – agama sebelumnya. Tetapi dalam perkembangan berikut tidak dapat di pungkiri bahwa Tasawuf islam telah mendapat pengaruh dari unsur – unsur ajaran agama lain.
C.      Hubungan Tasawuf , Ilmu Kalam Dan Filsafat
Ilmu dalam islam di bagi kepada 4 kelompok rumpun, yaitu keompok ilmu kewahyuan, kelompok ilmu pemikiran, kelompok ilmu terapan dan kelompok ilmu instrumen. Di antara ilmu-ilmu yang termasuk dalam kelompok pemikiran ialah : Tasawuf, ilmu kalam dan filsafat. Sebagai kelompok ilmu pemkiran , ilmu Tasawuf. Ilmu kalam dan filsafat ini dalam konstalasi keilmuan islam berkedudukan sebagai rumusan teoritis terhadap wahyu dan analisis terhadap pemikiran keislaman yang sudah ada sebelumnya.
Jika ilmu kalam merupakan rumusan teoritis terhadap wahyu-wahyu yang berkenaan dengan aqidah, maka falsafat adalah rumusan teoritis terhadap wahyu berupa keinginan untuk membuktikan kebenaran wahyu tersebut bagi manusia mengenai keberadaan (esensi), proses dan lain sebagainya. Sebagai contoh ayat-ayat Al-qur’an tentang proses pencipta alam dan manusia. Sedang ilmu Tasawuf adalah rumusan teoritis terhadap wahyu mengenai hubungan antara manusia dengan tuhan dan apa yang harus dilakukan oleh manusia agar dapat berhubungan sedekat mungkin dengan tuhan.
Dengan demikian dapatlah kita ketahui bahwa hubungan antara ilmu Tasawuf,ilmu kalam dan filsafat itu sangatlah erat. Kedekatan hubungan ketiga ilmu ini dapat dilihat dari tujuannya , ilmu Tasawuf, ilmu kalam dan filsafat sama-sama bertujuan untuk memperkuat dan memperkokoh sendi-sendi aqidah islamiyah dalam kehidupan manusia (umat islam), ilmu Tasawuf memperkuat sendi aqidah islam melalui hakikat dengan tuhan. Ilmu kalam memperkut  aqidah islamiyah dari sudut keyakinan, dan filsafat melalui kebenaran sepanjang logika. Karea itu ketiga ilmu ini memiliki hubungan yang sangat subsistik yang saling menguatkan.
Karena, Tasawuf yang benar adalah Tasawuf yang di dasari dengan keyakinan yang benar kepada Allah SWT. Tidak benar Tasawuf seseorang jika tauhidnya keliru, senaliknya tauhid akan lebih kokoh apabila di barengi dengan ajaran Tasawuf. Dasar-dasar ketauhidan dan Tasawuf akan lebih kokoh pula jika di landasi argumen dengan filsafat.
the moslem though and is source” mengatakan : bahwa pada awalnya ilmu Tasawuf, ilmu kalam dan filsafat itu bersatu, bukan berpisah seperti sekarang. Sekalipun pada akhirnya antara ketiga ilmu ini berpisah akibat perbedaan, namun yang jelas bahwa antara ketiganya terdapat hubungan yang erat.[5]
Untuk lebih jelas menggenai hubungan tersebut dapat kita pisahkan menjadi sebagai berikut :
1.    Keterkaitan dengan ilmu kalam
Ilmu kalam merpakan merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam tuhan. Persoalan- persoalan kalam ini biasanya mengarah sampai pada perbincangan yang mendalam dengan dasar- dasar argumentasi, baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi nasional yang di maksudkan adalah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berfikir filosofis.
Pada ilmu kalam di temukan pembahsan iman dan defiisinya, kekufuran, dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Sementara pada ilmu Tasawuf di temukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, sebagai mana di jelaskan juga tentang menyelamatkan diri dari kemunafikan. Semua itu tidak cukup hanya di ketahui batasan- batasan nya oleh seseorang. Sebab, terkadang seseorang sudah tau batasan-batasan kemnafikan tetapi tetap saja melaksanakannya .
Allah SWT befirman :
قاَلَتِ  الْاَعْرَابِ اٰمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوْا وَ لكِنْ قُوْلُوْآ اَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ اَلْاِ يْمَانُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ  ֎
Artinya :
“orang orang arab badui itu berkata, kami telah beriman .katakanlah  kepada mereka, kamu belum beriman, tetapi katakanlah , kami telah tunduk (islam) , karena iman belum masuk kedalam hatimu”.
2.    Keterkaitan ilmu Tasawuf  dengan filsafat.
Ilmu Tasawuf yang berkembangan di dunia islam tidak dapat di naifkan dari sumbangan pemikiran kefilsafatan. Ini dapat di lihat misalnya , dalam kajian Tasawuf yang berbicara tentang jiwa.[6]

D.      Hubungan Tasawuf Dengan Kesehatan Mental
Kesehatan mental , ada yang berpendapat bahwa kesehatan mental adalah kemampuan menyesuaikan diri dalam menghadapi masalah  dan kegoncangan – kegoncangan biasa. Sehat mental ialah kemampuan merasakan kebahagiaan , kekuatan dan kegunaan harga dirinya. [7]jika di kaitkan dengan pengamalan ilmu Tasawuf, kita di haruskan memiliki kesehatan mental yang benar benar sehat mental. Karna setiap amalan-amalan yang dilakukan dalam Tasawuf ini seraya melakukan latihan rohani dan latihan jiwa untukmelakukan pendakian spiritual ke arah yang lebih baik dan lebih sempurna.
Dengan demikian, amalan-amalan tasawuf tersebut adalah bertujuan untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati agar lebih kokoh dalam menempuhliku-liku problema hidup yang beraneka ragam serta untuk mencari hakekat kebenaran yang dapat mengatur segala-galanya dengan baik
Dengan tasawuf manusia akan dapat menghindarkan diri dari penyakit kejiwaan (psikologis)  berupa perilaku mem-perturutkan hawa nafsu keduniaan seperti dengki, sombong , takabur, serakah, stress dan beberapa penyakit jiwa lainnya.[8]







[1]Mulyadhi Kartanegara. Menyelami Lubuk Tasawuf(Jakarta : Air Langga. 2006). Hal 2
[2]Dahlan Tamrin. Tasawuf Irfani (Malang : UIN Maliki Prees. 2010 ). Hal.3
[3]Miswar.Akhlak Tasawuf Membangun Karakter Islami (Medan : Perdana Publishing : 2015). h. 135
[4]Rosihon Anwar. Akhlak Tasawuf (Bandung  : CV.Pustaka Satria. 2010)h. 169- 194
[5]Miswar. Akhlak Tasawuf (Medan: Perdana Publishing. 2015) h.145-147
[6]Rosihon Anwar. Akhlak Tasawuf (Bandung  : CV.Pustaka Satria. 2010) h.215
[7]Zakiah Drajat.Islam dan Kesehatan Mental(Jakarta : PT. Gunung Agung. 1996) h.9
[8]Miswar. Akhlak Tasawuf (Medan: Perdana Publishing. 2015) h.147-149

No comments:

Post a Comment